watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

GARA GARA HARNET

Aku, sebut saja Anto, sulung dari tiga bersaudara
dan dibesarkan dalam keluarga dimana ayahku
begitu disiplin mendidik kami dalam masalah
tatakrama ketimuran, jadi jangankan berkata
jorok, berbicara yang kurang sopan saja sudah
didampratnya. Karena itu ketika aku menjelang
remaja, tepatnya ketika aku berusia 15 tahun,
dorongan masa puberku sering kulampiaskan
dengan membaca cerita porno, tentu saja dengan
main ‘kucing-kucingan’ agar tidak ketahuan oleh
ayahku. Kemudian menjelang tidur aku sering
membayangkan kembali cerita-cerita tersebut
sambil mengelus-elus penisku sampai terkadang
mencapai orgasme. Dalam membayangkan,
disana belum terlintas tipe wanita seperti apa,
pokoknya aku hanya membayangkan sedang
bercinta dengan lawan jenis dan kulakukannya
seperti dalam cerita yang kubaca.
Suatu saat di rumah kami kedatangan tamu,
teman ibuku semasa dia kecil dulu. Namanya
Rohana dan ibu memperkenalkan kepada kami
anak-anaknya sebagai Bulik Anna. Usianya tidak
terpaut jauh dengan usia Ibuku yang ketika itu
berusia 36 tahun. Dalam berpakaian, Bulik Anna
selalu nampak rapi dengan khas Jawanya.
Rambutnya yang panjang lebat senantiasa
digelung, body-nya padat dengan kulitnya yang
mulus. Menurut cerita ibu, ia dulu bekas penari
dan rencananya akan tinggal di rumah kami
cukup lama sambil mengurus usahanya di kota
Jakarta.
Awal-awal Bulik Anna berada di rumah kami,
nampak biasa-biasa saja, hanya aku, disela-sela
kesempatan sering mencuri pandang, apalagi jika
dia sedang memakai daster dan buah dadanya
yang besar tampak menyembul. Wah, betapa
nikmatnya kalau dapat kuremas-remas. Otakku
terkadang menjadi ngeres dan sering tubuh Bulik
Anna yang padat berisi kumasukkan dalam
lamunan seksku. Namun tentunya aku tidak
berani berbuat jauh dari itu, apalagi perangai Bulik
Anna sangat sopan terhadap kami-kami ini,
sehingga betapapun perasaan ini bergemuruh,
senantiasa kusimpan dalam-dalam ketika
berbicara dengannya.
Hingga pada suatu hari, kelasku diliburkan karena
gurunya akan mengadakan rapat persiapan ujian.
Karena libur, hari itu aku bangun agak siang.
Ketika aku akan ke kamar mandi di ruang tengah,
tampak Bulik Anna sedang asyik membaca
majalah.
“Selamat pagi Bulik..!” sapaku.
“O.., Selamat pagi To, koq ngga sekolah..?” jawab
Bulik Anna dengan suara merdunya.
Sambil kuhentikan langkahku sejenak, aku
bertanya lagi, “Koq sepi ya, yang lain pada
kemana?”
“Ibumu tadi pamit untuk mengikuti kegiatan PKK,
katanya akan ada basar sampai sore, makanya Bi
Sumi (pembantu) juga diajak tuh..!”
“O.. begitu, Bulik sendiri tidak pergi?” tanyaku lagi.
“Nanti.. kira-kira jam sembilan memang saya ada
janji, sekarang kan baru jam delapan, sekarang
kamu mandi dulu deh, nanti kita sarapan sama-
sama.”
Setelah mandi aku tetap berpakaian rumah,
karena memang aku tidak ada rencana kemana-
kemana, sementara tampaknya Bulik Anna
kembali ke kamarnya untuk berdandan sebelum
kami sarapan.Tapi tiba-tiba Bulik Anna
memanggilku, “To, Anto.. coba kesini sebentar..!”
“Ya Bulik..,” aku langsung menuju ke kamarnya,
“Ada apa Bulik..?” tanyaku.
“Ini lho rambut Bulik, sulit dibuka sanggulnya,
mungkin harnetnya (jaring pembungkul sanggul)
tersangkut sama jepitannya, tolong dong bantu
lepaskan..!”
Aku dengan sigap segera membantu Bulik
membongkar sanggulnya.
Setelah agak lama kuusut jepitan dan harnet yang
tersangkut, akhirnya sanggul Bulik Anna dapat
terbuka dan seketika rambut Bulik Anna yang
lebat dan wanggi tergerai, membuat perasaan
berdesir terkena serbakan rambutnya. Aku tidak
segera melepaskan tanganku di rambut tersebut,
malah jari-jariku kugunakan sebagai pengganti
sisir untuk meluruskan rambutnya yang kusut.
Bulik Anna tidak berkata apa-apa, hanya
terkadang kepalanya digerak-gerakkan, sehingga
aku makin leluasa mempermainkan rambutnya.
Sambil memainkan rambutnya, khayalan seksku
makin menjadi-jadi, apalagi setelah menyibak
rambut Bulik Anna, terlihat tengkuknya yang
putih mulus.
Sampai tiba-tiba lamunanku terhentak oleh suara
Bulik Anna, “Kenapa To, kamu senang ya dengan
rambut Bulik..?”
Aku sempat gugup, “Oo.. eh.. iya, rambut Bulik
bagus sekali.” jawabku sekenanya.
“Ah kamu bisa aja, dulu rambut Bulik lebih
panjang lagi dan sering dibuat ekor kuda.”
“Saya mau koq diajarin bikin rambut ekor kuda.”
jawabku karena dalam hati agar aku dapat lebih
lama lagi bermain dengan rambut Bulik Anna.
Tanpa menjawab, Bulik Anna langung
mempraktekkan. Dia membagi dua rambutnya,
tangganku mengikuti gerakannya. Belahan
rambut yang satu tetap di belakang, sementara
belahan yang satunya dipindahkan ke depan.
Tanganku tetap dibimbingnya, sehingga ketika
meletakkan belahan rambut yang depan, tubuhku
tambah merapat ke tubuh Bulik Anna. Sementara
tanganku sempat menyentuh payudara Bulik
Anna yang hanya terlapisi dasternya. Tegangan
semakin tinggi, dan senggaja tubuhku semakin
kurapatkan ke tubuhnya, sehingga penisku yang
sejak tadi sudah bangun di balik celana kugesek-
gesekkan ke pantatnya. Bulik Anna tampaknya
juga menangkap usahaku, tapi dia pura-pura
tidak memperdulikan, malah kini tanganku yang
masih memegang belahkan rambutnya di
belakang dipindah ke depan dua-duanya,
sehingga posisinya seperti dia akan
menggendongku.
Melihat gelagat seperti itu, kedua tanganku yang
tadinya menggengam rambut kulepaskan,
namun kuremas-remas rambut tersebut di atas
kedua payudaranya, sementara wajahku
kutempelkan ke tengkuknya yang putih mulus.
Nafasku semakin tidak beraturan, sementara Bulik
Anna membalas. Tangan sudah bereaksi
melorotkan celana pendek dan CD-ku sambil
menyambar penisku yang sudah tegang. Kedua
belahan rambutnya kini kususupkan ke dalam
dasternya yang ternyata dia tidak memakai BH,
sehingga langsung bersentuhan dengan kedua
payudara Bulik, dan tanganku semakin leluasa
meremas-meremas rambut dan payudara
sekaligus sambil tengkuknya kuciumi.
Bulik Anna yang sudah mulai terangsang, tanpa
berkata-kata langsung membalikkan badan.
Penisku yang dari tadi dipegangnya langsung
dikocok-kocok dengan lembut, kemudian dia
berjongkok menjilatinya. Sementara itu
tangganku tetap mempermainkan rambutnya
yang lebat tergerai.
“Auh.. uh..!” rintihku menahan kenikmatan,
sementara Bulik sibut dengan aktivitasnya.
Pennisku dikulum-kulum bak “lolypop”, “Ah..
auh.. Bulik.., Aku sudah ngga tahan nih..!”
Dia tidak menjawab, malah semakin keras
menyedot penisku. Tubuhku semakin mengejang
dan tanpa dapat kubendung lagi, muncratlah
cairan putih kental ke mulutnya sambil tanganku
tetap menjambak rambutnya yang sudah tergerai
tidak beraturan.
Betapa rasanya di awang-awang, karena baru
pertama kali kualami. Ia telan habis air maniku,
sementara aku tetap berdiri kaku, ya nikmat, ya
malu, ya bingung, ya takut.
Bulik Anna berdiri, dia tersenyum melihat
tingkahku yang salah tingkah.
“Tidak usah takut To.. Khan cuma Bulik yang
tahu.., gimana rasanya?”
“Wah, luar biasa Bulik, tapi saya takut nih..!”
jawabku dengan perasaan yang belum tenang.
“Sudahlah.., Bulik maklum koq, kamu tenangkan
dulu pikiranmu, nanti Bulik ajarkan pelajaran
kedua yang jauh lebih enak.”
Kemudian ia menciumku dengan lembut, lalu
membimbingku duduk di tepi ranjangnya. Kami
berpelukan. Bulik kembali menciumku, kemudian
melumat bibirku, sementara tangannya kembali
mengelus-elus penisku yang masih ‘mengkeret’
ketakutan.
Tapi kali ini aku sudah mulai berani. Kini sambil
berciuman, tanganku sudah merambah ke tali
daster batiknya, kulepas ikatan daster Bulik
sehingga merosot ke bawah, kupermainkan lagi
rambut dan payudaranya. Bulik Anna melepas
ciuman di bibirku, namun ia menekan kepalaku ke
bawah dan mengarahkan ke payudaranya. Aku
mulai menjilati putingnya yang menyembul di
sela-sela rambutnya. Puas berputar di sekitar
payudara dengan tetap membekap kepalaku,
Bulik mencoba berdiri, sehingga posisi wajahku
persis berhadapan dengan vaginanya yang
tersamar rambut tipis. Semerbak wangi vagina
Bulik kembali membuatku terangsang, kujilati
semua permukaan vagina yang sudah mulai
basah.
Kemudian dia merebahkan diri di ranjang,
tangannya mendekap kepalaku. Pahanya dibuka,
sehingga memudahkan aku menjilat dan
memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Tubuh
Bulik Anna bergerak-berak sambil sesekali
merintih. Aku yang belum mengerti tehnik
bercinta, terus saja melumat vaginanya sekenaku,
sehingga tubuh Bulik semakin mengejang.
“Ayo.. To..! Teruskan.., teruskan..!” pintanya
diikuti desah nafasnya.
Setelah hampir lima menit kusapu vaginanya
dengan lidahku, aku berusaha melepaskan
dekapan di kepalaku. Bulik tampak kaget, tapi
segera kulepaskan daster Bulik yang belum
sepenuhnya tanggal dari tubuhnya, dan ia pun
segera melepas kaos yang kukenakan, sehingga
kami berdua benar-benar dalam keadaan
telanjang. Kuelus lagi vagina Bulik yang tampak
basah dan memerah, penisku juga diraihnya, lalu
dibimbing masuk ke lubang tersebut.
“Sleb.. sleb..!” kuputar-putar di dalam, mengikuti
goyangan pantat Bulik.
Sambil kupompa, bibir kami terus bertautan dan
tanganku meremas-meremas payudaranya yang
masih tertutup rambutnya.
Aduh ..to, terus.. pompa terus to, sambil tangan
Bulik meremas pantatku. Penisku rasanya
semakin mengeras, sementara vaginanya terasa
berdenyut..mungkin lebih dari sepuluh menit
kami berpautan.. oh..to..oh..enak..to.., aduh aku
ngga tahan nih..biarkan disitu, rintih Bulik anna..,
Akupun semakin menekan penisku..sampai
tubuh kami mengejang dan.. menyemburlah
airmaniku untuk kedua kalinya dilobang milik Bulik
anna yang satu ini.Kami menikmati puncak
orgasme sampai benar-benar habis, dan baru
kucabut penisku setelah kami berdua kelelahan.
Aku turun ke sebelah tubuh Bulik Anna dan
berbaring di sebelahnya.
Kemudian Bulik Anna memelukku sambil berkata,
“Terima kasih ya.. To, ternyata kamu ‘murid’
yang pandai yach..!”
“Tapi kalau ketahuan Ibu gimana nih..?”
“Ala.., ngga usah kuatir, Bulik akan jaga
penampilan di depan Bapak Ibumu seperti
biasanya.”
“Lalu Bulik ngga jadi pergi..? Sudah jam setengah
sepuluh lho..!” kataku mengingatkan.
“Ah.. biar saja, lebih baik aku menemani kamu
belajar hari ini..!” katanya sambil mencubit pipiku.
Setelah beristirahat kira-kira sepuluh menit, lalu
‘pelajaran’ pun dilanjutkan, sampai-sampai kami
lupa bahwa gara-gara harnet jadi tidak ingat
sarapan. Dan pada hari-hari selanjutnya, setiap
ada kesempatan, kami mengulangi pelajaran
tersebut, sampai akhirnya Bulik Anna pamit
kembali ke desanya.
Itulah pengalamanku ngeseks pertama kali. Dan
sampai kini, meskipun usiaku sudah lebih dari 40,
namun jika melihat wanita berambut panjang dan
lebat, gairah seksku langsung meningkat, teringat
pengalaman dengan Bulik Anna.


Adult | GO HOME | Exit
1/809
U-ON

inc Powered by Xtgem.com